Shahih Sunan Nasa'i ( 3 Jilid Lengkap )

RM190.00
POS Laju   : Sem RM20.00 | Sarawak RM          | Sabah RM
POS Parcel : Sem RM         | Sarawak RM20.00  | Sabah RM20.00

Judul : Shahih Sunan Nasa’i
Penulis : Muhammad Nashiruddin Al-Bani
Penerbit : Pustaka Azzam
Jumlah : 3 Jilid Sahaja (Lengkap)

Sinopsis :

Imam Nasa’i juga merupakan tokoh ulama kenamaan ahli hadits pada masanya. Selain Sahih Bukhari Sahih Muslim Sunan Abu Dawud Jami’ At-Tirmizi juga kaya besar Imam Nasa’I Sunanus Sugra termasuk jajaran kitab hadits pokok yg dapat dipercaya dalam pandangan ahli hadits dan para kritikus hadits. Nama Lengkap dan Kelahirannya Ia adl seorang imam ahli hadits syaikhul Islam sebagaimana diungkapkan az-Zahabi dalam Tazkirah-nya Abu ‘Abdurrahman Ahmad bin ‘Ali bin Syu’aib ‘Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Qadi pengarang kitab Sunan dan kitab-kitab berharga lainnya. Juga ia adl seorang ulama hadits yg jadi ikutan dan ulama terkemuka melebihi para ulama yg hidup pada jamannya. Dilahirkan di sebuah tempat bernama Nasa’ pada tahun 215 H.

Ada yg mengatakan pada tahun 214 H. Pengembaraannya Ia lahir dan tumbuh berkembang di Nasa’ sebuah kota di Khurasan yg banyak melahirkan ulama-ulama dan tokoh-tokoh besar. Di madrasah negeri kelahirannya itulah ia menghafal Al-Qur’an dan dari guru-guru neerinya ia menerima pelajaran ilmu-ilmu agama yg pokok. Setelah meningkat remaja ia senang mengembara utk mendapatkan hadits. Belum lagi berusia 15 tahun ia berankat mengembara menuju Hijaz Irak Syam Mesir dan Jazirah. Kepada ulama-ulama negeri tersebut ia belajar hadits sehingga ia menjadi seorang yg sangat terkemuka dalam bidang hadits yg mempunyai sanad yg ‘Ali dan dalam bidang kekuatan periwayatan hadits. Nasa’i merasa cocok tinggal di Mesir.

Karenanya ia kemudian menetap di negeri itu di jalan Qanadil. Dan seterusnya menetap di kampung itu hingga setahun menjelang wafatnya. Kemudian ia berpindah ke Damsyik. Di tempatnya yg baru ini ia mengalami suatu peristiwa tragis yg menyebabkan ia menjadi syahid. Alkisah ia dimintai pendapat tentang keutamaan Mu’awiyyah r.a. Tindakan ini seakan-akan mereka minta kepada Nasa’i agar menulis sebuah buku tentang keutamaan Mu’awiyyah sebagaimana ia telah menulis mengenai keutamaan Ali r.a. Oleh krn itu ia menjawab kepada penanya tersebut dgn “Tidakkah Engkau merasa puas dgn adanya kesamaan derajat sehingga Engkau merasa perlu utk mengutamakannya?” Mendapat jawaban seperti ini mereka naik pitam lalu memukulinya sampai-sampai buah kemaluannya pun dipukul dan menginjak-injaknya yg kemudian menyeretnya keluar dari masjid sehingga ia nyaris menemui kematiannya.

Wafatnya Tidak ada kesepakatan pendapat tentang di mana ia meninggal dunia. Imam Daraqutni menjelaskan bahwa di saat mendapat cobaan tragis di Damsyik itu ia meminta supaya dibawa ke Makkah. Permohonannya ini dikabulkan dan ia meninggal di Makkah kemudian dikebumikan di suatu tempat antara Safa dan Marwah. Pendapat yg sama dikemukakan pula oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi al-Misri dan ulama yg lain. Imam az-Zahabi tidak sependapat dgn pendapat di atas. Menurutnya yg benar ialah bahwa Nasa’i meningal di Ramlah suatu tempat di Palestina. Ibn Yunus dalam Tarikhnya setuju dgn pendapat ini demikian juga Abu Ja’far at-Tahawi dan Abu Bakar bin Naqatah. Selain pendapat ini menyatakan bahwa ia meninggal di Ramlah tetapi yg jelas ia dikebumikan di Baitul Maqdis. Ia wafat pada tahun 303 H. Sifat-sifatnya Ia bermuka tampan.

Warna kulitnya kemerah-merahan dan ia senang mengenakan pakaian garis-garis buatan Yaman. Ia adl seorang yg banyak melakukan ibadah baik di waktu malam atau siang hari dan selalu beribadah haji dan berjihad. Ia sering ikut bertempur bersama-sama dgn gubernur Mesir. Mereka mengakui kesatriaan dan keberaniannya serta sikap konsistensinya yg berpegang teguh pada sunnah dalam menangani masalah penebusan kaum Muslimin yg tetangkap lawan. Dengan demikian ia dikenal senantiasa “menjaga jarak” dgn majelis sang Amir padahal ia tidak jarang ikut bertempur besamanya. Demikianlah. Maka hendaklah para ulama itu senantiasa menyebarluaskan ilmu dan pengetahuan. Namun ada panggilan utk berjihad hendaklah mereka segera memenuhi panggilan itu. Selain itu Nasa’i telah mengikuti jejak Nabi Dawud sehari puasa dan sehari tidak.

Fiqh Nasa’i Ia tidak saja ahli dan hafal hadits mengetahui para perawi dan kelemahan-kelemahan hadits yg diriwayatkan tetapi ia juga ahli fiqh yg berwawasan luas. Imam Daraqutni pernah berkata mengenai Nasa’i bahwa ia adl salah seorang Syaikh di Mesirr yg paling ahli dalam bidang fiqh pada masanya dan paling mengetahui tentang hadits dan perawi-perawi. Ibnul Asirr al-Jazairi menerangkan dalam mukadimah Jami’ul Usul-nya bahwa Nasa’i bermazhab Syafi’i dan ia mempunyai kitab Manasik yg ditulis berdasarkan mazhab Safi’i rahimahullah.

Related product you might see:

Share this product :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pustaka Kaisar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger